Massa berkumpul di depan Istana Merdeka yang terletak di Jalan Merdeka Utara, Jakpus. Mereka terdiri atas beberapa elemen, antara lain masyarakat adat, petani, buruh, aktifis perempuan, dan mahasiswa. Di bawah penjagaan aparat kepolisian, mereka melakukan orasi.
Sekber antara lain menuntut dilakukannya reformasi agraria. Mereka menilai, praktik perampasan tanah dan sumber kehidupan rakyat yang difasilitasi pemerintah semakin brutal. Misalnya dengan menggunakan aparat keamanan atau pamswakarsa untuk melakukan tindak kekerasan. Tujuannya, mengamankan kepentingan korporasi.
Tidak hanya tanah, Sekber juga menyoroti pada pengelolaan hutan dan lahan tambang. Mereka minta ada pembenahan sistem yang berpihak pada rakyat. "Kami minta Presiden SBY tegas menangani konflik agraria," kata Koordinator Media Sekber Aan Anshary.
Mereka juga menyorot pada undang-undang yang dinilai merugikan rakyat. Misalnya UU Penanaman Modal, UU Kehutanan, UU Perkebunan, UU Sumber Daya Air, dan UU Mineral dan Batubara.
Sayang, saat aksi itu, Istana justru tengah kosong. Presiden SBY tengah melakukan kunjungan kerja ke Malang, Madiun, dan Pacitan. Meski begitu, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengungkapkan, presiden mengikuti perkembangan demonstrasi di Jakarta dan kota-kota lainnya. "Dalam isu (reforma agraria) ini, sedang dilakukan pembahasan. Tentu tujuannya diharapkan bisa memberikan keadilan," katanya saat dihubungi.
Dia menerangkan, sebelumnya presiden telah menginstruksikan Kapolri agar anggotanya tidak terpancing dalam melakukan tugas pengamanan. Sehingga tidak terjadi insiden yang menyebabkan jatuh korban. "Pemerintah senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat termasuk yang disampaikan dalam unjuk rasa, asalkan jangan sampai bersifat destruktif," kata Julian.
Dari Istana, massa lantas melanjutkan aksinya ke gedung DPR. Mereka long march melewati jalan Merdeka Barat, Thamrin, dan Sudirman. Di sini lah kericuhan terjadi
Sekitar pukul 14.30 WIB, saat salah seorang pendemo tengah melakukan orasi di atas mobil komando, tiba-tiba beberapa pemuda menaiki pagar Gedung Parlemen. Tepatnya, sebelah sebelah kanan pagar utama. Tidak hanya naik, massa juga menggoyang-goyangkan pagar dari besi tersebut. Tak berselang lama pagar akhirnya jebol.
Polisi yang berjaga di dalam gerbang langsung menyemprotkan water canon kea rah massa pendemo yang berhasil menjebol pagar. Tak terima, mereka membalas dengan lemparan batu dan kayu kea rah polisi.
Teriakan orator untuk tidak melakukan tindakan anarki pun tak lagi didengar. Kericuhan tersebut terjadi sekitar 20 menit. Sejumlah pihak di internal pendemo akhirnya berhasil menenangkan massa. "Massa aksi dan lainnya rapatkan barisan, ibu-ibu dan anak-anak mundur," kata salah seorang pendemo dari atas mobil komando.(fal/dyn)